TEMPO.CO , Jakarta: Kasus pembunuhan Ade Sara cukup cepat
terkuak. Polisi hanya membutuhkan waktu lima hari untuk membekuk pelaku
pembunuhan, Ahmad Hafitd dan Assyifa. Ini beberapa hal tersebut:
1. Melayat korban
Tidak tahu apa alasan Ahmad Hafitd pada 10
Maret 2014 melayat Ade Sara di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat.
Hafitd seperti terlalu percaya diri tidak akan ditangkap. Memasang status turut
berduka di Twitter dan Path mungkin dianggap cukup menutupi aksi bersama
kekasihnya, Assyifa. (Baca: Diduga Bunuh Ade Sara, Pasangan Ini
Bercuit Sebelum Ditangkap)
Hafitd tidak tahu ketika ia melayat,
Polresta Kota Bekasi sudah mendapatkan informasi Hafitd pernah mau mencelakai
Ade Sara. Setelah mendapat informasi dari ibunda Sara, polisi meminta bantuan
agar Hafitd jangan pergi dahulu. Hafitd ketika itu datang dan pura-pura
membaur. Polisi tambah curiga setelah Hafitd terlihat tidak bisa menjawab
penyebab tangannya terdapat luka bekas gigitan. »Jawabannya awalnya tidak
meyakinkan,” kata Juru Bicara Kapolda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto.
Belum berpengalamanya Hafitd terlihat juga dengan mudahnya polisi menangkap
Assyifa. Tidak sampai satu jam Assyifa ditangkap di kampusnya. (Baca: Akibat Tanda Luka Gigitan Ade Sara..)
2. Banyak Saksi Mata
Rentetan aksi dua sejoli Hafitd-Assyifa
semakin terbongkar setelah beberapa orang mengakui melihat keduanya ketika Ade
Sara dibunuh. Saat Ade Sara sudah dalam kondisi terbunuh, mobil Kia Visto mogok
di dekat apartemen ITC Kemayoran, Jakarta Pusat. Hafitd kemudian meminta
bantuan sopir taksi untuk mengecas aki. Namun tidak lama mobil kembali mogok,
kali ini Hafitd meminta bantuan temanya, Nuredy untuk membawa aki. Bahkan
Nuredy sempat menanyakan siapa sosok yang ada di dalam mobil. Hafitd menjawab
di dalam mobil ada mayat. Nuredy bisa saja waktu itu menganggap pelaku becanda
namun ia sudah menjadi saksi rentetan aksi dua sejoli itu. (Baca: 5 Saksi Kasus Pembunuhan Ade Sara
Diperiksa)
Satu saksi lagi adalah teman Ade Sara.
Saksi ini tidak diketahui oleh para pelaku. Sebelum bertemu dengan pasangan
pembunuh, Ade Sara sempat berkomunikasi dengan Nadia Amanda Pritami, teman les
Bahasa Jerman di Geothe Institute. Nadia mengatakan dirinya menghubungi Sara.
"Aku lagi di stasiun Gondangdia tungguin teman aku, bukan teman deng,
ceweknya teman aku," ucap Nadia menirukan pesan Sara. (Baca:Penuturan Nadia, Saksi Kunci
Pembunuhan Ade Sara)
3. Barang Bukti
Kedua pasangan pembunuh itu membuang
barang bukti seperti tisu dan dompet korban setelah membuang korban di Tol
Bintara Bekasi Barat. Barang bukti yang penting seperti alat strum untuk
menyiksa korban ditemukan polisi di parit depan rumah pelaku. Begitu juga
dengan sepatu, ID card mahasiswa, dan buku tabungan milik korban. (baca: Hafitd Sebar Barang Ade Sara di
Jalan dan 21 Jam Bagi Tugas, Hafitd-Assyifa
Siksa Ade Sara)
EVAN | PDAT | Sumber Diolah Tempo
Tanggapan
Menurut Wong (2009) “Walaupun orangtua tetap memberi pengaruh utama dalam sebagian besar
kehidupan, bagi sebagian besar remaja, TEMAN SEBAYA DIANGGAP LEBIH BERPERAN
PENTING ketika masa remaja dibanding masa kanak-kanak. Kelompok teman
sebaya memberikan dukungan yang kuat pada remaja, secara individu dan secara
berkelompok memberikan remaja PERASAAN MEMILIKI PERASAAN KEKUATAN DAN
KEKUASAAN.”
Kemudian, “Pada masa remaja hubungan
dengan anggota lawan jenis merupakan hal baru yang penting. Jenis
dan tingkat keseriusan hubungan lawan jenis bervariasi. Tahap awal
hubungan biasanya tidak memiliki komitmen, sangat bebas bergerak, dan jarang
dicirikan dengan kedekatan romantis yang dalam. Perasaan tertarik menjadi
pelekatan yang kuat terhadap seseorang.”
Kutipan ini diambil dari buku yang
diciptakan oleh Donna L Wong, yang berkebangsaan barat. Namun, pada dasarnya remaja
sendiri yang bisa mengatur membuat prinsip sepenting apa hubungan dengan lawan
jenis itu. Jadikan hubungan lawan jenis sebagai hubungan yang normal, dan
pertemanan yang bermafaat, jangan cenderung pada kisah cinta monyet yang entah
kemana ujungnya.
Tapi faktanya? Indonesia sangat
terpengaruh dengan budaya barat, bahkan tanpa berpikir panjang, memprioritaskan
masalah ‘hati’ yang tanpa maksud dan karena hal sepele, bisa menimbulkan
perasaan ingin membunuh, berencana membunuh, atau bahkan menewaskan oranglain.
Perasaan menyukai lawan jenis memang
didera pada para remaja umumnya. Merasa sangat istimewa karena ada seseorang
yang memperhatikan, yang care, sehingga tak jarang hal itu menjadi berlebihan.
Merasa ingin memiliki seutuhnya, padahal tak ada ikatan apapun selain ikatan
yang tak sah. Ketika perasaan ‘memiliki’ itu mencapai puncak, dan saat itu si
pasangan pergi atau hubungan putus, hal itu menyebabkan buta hati.
Menurut saya, banyak
faktor yang menjadi dasar para remaja melakukan hal nekad ini diantaranya:
- Kondisi kejiwaan yang masih labil
- Kurangnya perhatian orangtua
- Pergaulan yang salah
- Pengaruh media, Film atau Internet yang disalah gunakan.
Hierarki Maslow.
sumber:http://banjarkuumaibungasnya.blogspot.com
Dari teori Hierarki
Maslow dapat saya simpulkan bahwa ada 5 pokok kebutuhan manusia dalam hidup
yang dibuat secara piramid. Kebutuhan itu adalah..
1. Kebutuhan fisiologis (rasa lapar,
rasa haus, dan sebagainya)
2. Kebutuhan rasa aman (merasa aman
dan terlindung, jauh dari bahaya)
3. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa
memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
4. Kebutuhan akan penghargaan
(berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
5. Kebutuhan aktualisasi diri
(kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik:
keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan
kepuasan diri dan menyadari potensinya)
Menurut saya dalam kasus Ade Sara ini,
yang paling mencolok adalah kebutuhan nomor 3, yakni kebutuhan akan rasa cinta
dan saling memiliki.
Teori ke 3 Kebutuhan
Cinta, sayang dan kepemilikan
Ketika kebutuhan untuk
keselamatan dan kesejahteraan fisiologis puas, kelas berikutnya kebutuhan untuk
cinta, sayang dan kepemilikan dapat muncul. Maslow menyatakan “bahwa orang
mencari untuk mengatasi perasaan kesepian dan keterasingan. Ini melibatkan kedua
dan menerima cinta, kasih sayang dan memberikan rasa memiliki.”
Menurut saya, mungkin para remaja lupa
bahwa ada hal yang lebih bermakna dari apapun ada banyak tahapan kebutuhan
Maslow yang perlu mereka jajaki dan pahami. Mereka lupa dan lalai dengan menyalahgunakan
tahap 3 teori tersebut, bahwa perasaan kasih sayang dan cinta adalah perasaan
yang Universal dan sesungguhnya bisa di sulap menjadi hal yang lebih baik,
menghasilkan dan berprestasi. Bagaimana jika perasaan cinta itu kita ubah
menjadi perasaan kasih sayang sesama yang saling mendukung dan mendorong pada
kebaikan. Jangan jadikan kata ‘cinta’ yang suci menjadi bantalan mu membuat
keonaran yang merugikan bahkan menghilangkan nyawa sesama.
Seharusnya remaja pada zaman modern ini
sadar dan yakin apa yang seharusnya kami lakukan dan tindakan apa yang harus
diambil dalam hidup, banyak role model yang bisa dipelajari mulai dari yang paling
buruk sampai yang paling baik. terserah dan pilihan yang menjadikan “BAGAIMANA”
kamu kelak.
Bagaimana dengan pengendalian dirimu? Kamu
butuh aktualisasi diri? Aktualisasi diri apa yang ingin ditunjukan
remaja? remaja diatas hanya menjadikan diri mereka dan wajah mereka tercoreng
dengan tindakan tak beradab. Maka, bagaimana menyikapi dan mengolah
tindakan agar lebih santun? Ayo sinkronkan hatimu dengan fikiran. Hatimu pasti
memiliki bagian putih yang patut kamu dengarkan sebelum melakukan tindakan.
Pikirkan lagi, apa yang akan terjadi dan sikap apa yang akan kamu dapat dari
oranglain jika kamu melakukan hal yang merugikan itu? ayo remaja Indonesia!
Masa depanmu masih panjang, mari jadi manfaat, mari sinkronkan hati dengan
fikiranmu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tutur kata cermin pribadi cerdas ^^